by

Teknik Lead: Narasi Atau Bercerita

Teknik lead atau intro narasi memiliki kekuatan yang mampu menyedot perhatian pembaca jika digunakan dengan benar dan tepat. Sebaliknya, penggunaan teknik ini mampu mengacaukan konteks, struktur dan pesan yang akan disampaikan dalam berita seandainya salah menerapkan lead narasi.

 

Teknik lead narasi adalah cara berkisah atau bertutur dalam menyampaikan berita pada lead atau kepala berita atau pada seluruh berita. Cara bertutur ini merupakan teknik kuno yang dimodifikasi dari kebiasaan manusia yang menyampaikan suatu pesan secara verbal atau lisan. Penyampaian pesan atau berita secara lisan konon dikenal sejak zaman prasejarah hingga ditemukannya penyampaian secara tulisan (simbol yang mengandung makna) melalui berbagai bahan seperti dinding gua, lontar, kulit hewan hingga ditemukannya kertas dan mesin cetak.

Kekuatan lead atau intro narasi adalah pembaca dilibatkan sebagai pihak yang mendengarkan kisah itu. Pelibatan seperti itu mampu menimbulkan emosi atau membangun empati terhadap sesuatu yang diceritakan. Empati yang semula bersifat perorangan atau individu mampu berubah menjadi emosi atau empati massal yang pada akhirnya membangun opini atau persepsi terhadap sebuah persoalan. Jika hal itu berhasil, di sini diperlihatka kekuatan media membangkitkan opini publik yang kemudian melakukan tindakan bersama untuk memperbaiki keadaan yang dinilai tidak sesuai.

Tetapi wartawan harus mengingat hal ini, tak banyak peristiwa yang bisa menggunakan teknik lead narasi dalam menuangkan berita. Wartawan harus benar-benar mempertimbangkan dengan matang, jika tidak ingin beritanya terkesan cengeng dan menggunakan kata-kata yang merayu, memilih kata yang mengiba-iba dan sebagainya. Kesan yang berlebihan itu pada akhirnya bukan menimbulkan emosi atau empati terhadap peristiwa yang diceritakan, tetapi sebaliknya menjadi sebal dan tidak senang.

Memang penggunaan lead narasi tidak memiliki kriteria yang pasti, kapan saat lead itu digunakan atau jangan menggunakan lead ini. Naluri wartawan terhadap peristiwa yang terasah secara bertahun-tahun akan membimbing kepada penggunaan lead yang tepat. Tetapi ada baiknya dikemukakan beberapa hal untuk menjadi pertimbangan penggunaan lead tersebut, sebagai berikut;

Pertama, apakah ada pelakuan tidak adil terhadap si miskin? Misalnya, seorang kakek yang renta dan miskin dibuang ke sebuah pos ronda oleh pengelola sebuah rumah sakit karena tidak mampu membayar biaya pengobatan dan perawatan. Atau seorang anak yang berpenyakit parah tidak bisa berobat akibat orangtuanya miskin.

Kedua, diskriminasi terhadap golongan minoritas atau kelompok sosial yang jumlahnya lebih sedikit akan menimbulkan empati luar biasa jika diberitakan secara benar. Misalnya, para pemain bulutangkis yang mengharumkan nama Indonesia bertahun-tahun ternyata tidak memiliki kewarganegaraan Indonesia pada era Presiden RI Soeharto. Karena mereka berasal dari kelompok minoritas Cina yang diperlakukan berbeda dengan peraturan dan perundang-undangan.

Ketiga, bencana merupakan sebuah peristiwa yang menarik perhatian, terutama jika mengakibatkan korban yang tidak sedikit. Di balik peristiwa besar itu, biasanya wartawan akan kesulitan untuk menuangkan kisah-kisah yang memilukan jika dia bersikukuh pada lead yang ringkas atau straightnews. Misalnya peristiwa tsunami yang melanda Aceh pada tahun 2004. Peristiwa tsunami itu merupakan berita dahsyat yang menjadi perhatian dunia. Di balik itu, ada peristiwa-peristiwa yang tentu ingin diketahui pembaca seperti bagaimana sebuah keluarga bisa lenyap dan hanya menyisakan satu-dua orang. Kisah itu akan terasa dekat pada pembaca ketika disajikan dalam bentuk lead narasi, sehingga pembaca seakan terlibat dalam peristiwa tersebut.

Keempat, teknik lead narasi juga sangat cocok untuk diterapkan ketika pada orang yang terkenal atau sering disebut big name make news, nama besar membuat berita. Umumnya, hal ini untuk menyoroti sisi kemanusiaan dari tokoh atau orang yang disajikan tersebut. Misalnya, kebiasaan Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono dan istrinya, Ani Yudhoyono dalam menghadapi kesumpekan berkerja sebagai presiden. Kebiasaan Jokowi, Gubernur DKI Jakarta yang blusukan atau keguncangan Risma, Walikota Surabaya ketika memutuskan menghapus tempat pelacuran di Kota Surabaya.

Kelima, barangkali tidak bisa semua dituangkan di sini, hanya wartawan biasanya memiliki naluri untuk menangkap adanya sisi kemanusiaan yang universal (umum) terhadap peristiwa yang akan dilaporkannya. Nilai kemanusiaan universal itu menjadi pijakan untuk menilai kelayakan lead narasi ini patut diterapkan atau tidak.

Dalam menuangkan teknik ini, wartawan tidak harus terpaku pada struktur berita berupa piramida terbalik, tetapi mempertimbangkan penggunaan struktur berita yang lain seperti struktur kronologi (piramida kubus) dan struktur piramida dalam piramida. Struktur berita itu nanti akan dibahas lebih jauh dalam postingan lainnya.

Berikut adalah contoh-contoh lead atau intro narasi.

Contoh 1:

Ibu Negara Ani Yudhoyono terlihat riang dan berjoget-joget seraya menikmati irama musik dalam kampanye Partai Demokrat di Lapangan Pukon, Magelang, Jawa Tengah, Minggu (16/3/2014). Lebih dari 5.000 orang simpatisan dan kader Partai Demokrat menghadiri kampanye tersebut. (kompas.com).

Contoh 2:

Pagi itu, Minggu 26 Desember 2004. Jarum jam baru saja menunjukkan pukul 07.30 WIB saat Fauziah bersama buah hatinya yang masih berusia lima bulan berada di dalam rumah. Tiba-tiba bumi bergoyang hebat dan tak lama berselang, anak keduanya yang saat itu sedang berada di pelabuhan lari pulang ke rumah. Fauziah belum menyadari, tempat tinggalnya di Aceh tengah dilanda tsunami yang menggemparkan dunia. (detik.com)

Contoh 3:

Suparman (60), lelaki miskin itu menghembuskan nafas terakhirnya tak lama setelah dibuang dari sebuah ambulans milik RSUD A Dadi Tjokrodibro, Bandarlampung, Selasa. Lelaki miskin itu dibuagn di sebuah pos ronda di sebuah perumahan. Warga yang menemukannya segera melaporkan ke polisi setempat.

Contoh 4:

Kasidi dan Siti Masiroh terdiam. Orangtua dari Izha Ilham ( 3 bulan) yang menderita pembesaran kepala (hidrocepalus) terlihat kecewa dan kebingungan ketika kartu jaminan kesehatan nasional (JKN) ditolak RSUD Dr Soebandrio, Jember. Alasannya, kartu JKN itu atas nama ibunya, bukan atas nama anaknya, Izha Ilham. Akhirnya Izha pun dibawa pulang dan digeletakan begitu saja di kasur di rumahnya di Kampung Gembut, Jember.

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *